ada lagi :)
Pada kesempatan kali ini (mumpung sempat)saya mau menguraikan opini alias pendapat saya.
Saya mengambil contoh di kota tempat saya tinggal, yakni MTQ.
Menurut pengamatan saya rumah-rumah tradisional yang ada di MTQ itu gak ada yang tinggal didalamnya jadi cuma kosong gitu aja (ini menurut yang saya lihat loh, kalau salah ya maaf dan mohon dibenarkan).
Jadi dari pada rumah segitu banyak kosong, maka suruh aja keluarga-keluarga yang gak punya rumah untuk tinggal dirumah itu, gratis atau bayar Rp. 15.000 sampai Rp. 25.000 perbulan sepertinya tidak terlalu memberatkan.
Tapi dengan syarat menjaga rumah itu dengan sepenuh hati dan gak semua bagian rumah yang dijadikan bagian privasi, misalnya bagian ruang tamu tetap ditata berciri khas rumah daerah tersebut, jadi pelancong juga bisa melihat bagian dalamnya (dalam hal ini ruang tamunya saja atau beberapa ruangan lain yang memang dikhususkan untuk dapat dilihat).
Di MTQ ada cukup banyak rumah tuh, lumayan untuk menampung beberapa keluarga yang gak punya rumah (bukan berarti jadi hak milik orang itu, tetep milik pemerintah kok dan kalau perlu ada hitam diatas putih). Dan nanti bila ada para pelancong yang ingin melihat bagian dalam rumah tersebut (syarat dan ketentuan berlaku), maka rumah akan dalam keadaan bersih.
Keluarga yang tinggal didalamnya, diberi tenggat waktu misalnya maksimal 3 tahun untuk tinggal dirumah tersebut atau hingga mendapat penghidupan yang lebih layak dan dapat membeli rumah sendiri (ada batas maksimal tinggal). Bila keluarga itu telah keluar dari rumah tradsional tersebut, kemudian dapat digantilkan oleh anggota keluarga lain yang membutuhkan.
Daerah sekitar MTQ, diamankan termasuk dari premanisme. Kalau perlu para (maaf) preman , yang ada didik untuk menjadi petugas keamanan atau satpam MTQ (dengan syarat meninggallkan semua kelakuan yang tidak baik, termasuk sifat premanisme yang tidak baik itu dan cara berpaikannya lebih rapi).
Untuk fasilitas MCK (bila didalam rumah tidak ada fasilitas MCK), maka bangunlah fasilitas MCK yang baik, disalah satu sudut MTQ yang harus selalu dijaga kebersihan dan hal lainnya (misal penjagaan dengan pembagian waktu piket, kayak anak sekolahan gitu ada piket kebersihanya) dan bila ditiap rumah gak ada dapur, bangunlah dapur umum. MCK dan Dapur Umum, jam penggunaannya harus diatur sesuai kebutuhan, peraturan dan segala halnya. (Peraturannya di tempel di dinding).
Patuhi ya.... kan udah dikasih tinggal. Bila semua perjanjian yang diatur guna menjaga lingkungan MTQ dilanggar, maka para pengghuni ataupun yang terkait dengan rumah tradisional tersebut agar dapat meninggalkan dareah MTQ (ada sanksi yang adil).
Untuk pemungutan iuran bisa dilakuakan tiap awal bulan, iuran berguna untuk membantu membayar listrik atau hal lain (lumayan bantu-bantu pemerintah dalam pemeliharaan MTQ, dan bisa mengurangi uang yang harus dikeluarkan tiap bulannya atau juga bisa mengganti modal awal saat membangun MCK atau hal lainnya).
Namun pengecekan (tim pengawas keberisihan, penerangan, keamanan) dapat dilakukan kapan saja secara diam-diam, namun tetap sebulan sekali. Laporannya dapat diberikan ke departemen tekait dan hasil laporannya dapat dilihat di koran lokal. Tim pengawas boleh berasal dari sukarelawan, mahasiswa atau yang lain, tapi orangnya harus Jujur, Tegas, Adil. Laporannya harus diseratai foto (pake hp aja, gak usah dicetak karena buang-buang duit).
Yang benerlah semuanya...
Jangan sampai ada penyelewengan (iiiih... amit amit daah)
Kebersihan, penerangan dan kemanan yang baik, dapat membuat semua orang bahagia. Jangan ada kekerasan, atau seniortas atau premanisme atau hal=hal yang gak bener.
Kan bisa tetepa melestarikan kebudayaan, atau sebut aja "Kampung Melayu Riau, Indonesia"
Gimana???
Bisa juga, hal semacam ini diterapkan untuk tempat-tempat lainnya. Dari pada kosong melompong gitu aja...
Oya, saya juga gak tau pasti apa didalam rumah tradisional MTQ ada yang tinggal didalamnya atau enggak, kalau memang udah ada ya bagus, kalau belum mungkin bisa diterapkan. Di daerah lain, mungkin juga bisa di coba.
*Semoga ada pemerintah yang baca. Hehehe :P
:)
mohon maaf kalau ada salah, kalau salah diberi tahu aja di komentar :)
source: alam pikiran (namanya juga pendapat); gambar dari Google
_Angel_
0 comments:
Posting Komentar
:)